kala mendung pada gelap waktu
aku merayu bulan yang senyap sayu
seolah enggan matanya dijadikan pedang
hingga aku pun redup dalam jejak perang
kuselami palung perjalanan lempung
ada keindahan dan ke-sementara-an alur
dan mega menghitam pun tutupi paruh
o, aku satu kehilangan yang teragung
kusaksikan perahu dalam arus laut itu
larut tenggelam bagai dedaun layu
dalam pasir di antara buih dan bibir pantai
sendu pun membunuh setiap ukiran matahati
o, tembikar besi dan guci air suci
kau tak pernah merasa dihianati oleh panas api
sebab pada kesahajaan hati
delik delima ini telah usaikan segala perih
dan telah dititipkannya apa saja
misteri itu pada kitab kejadian esok lusa
pada hari ini di detik-detik sucinya hari-hari
sudahlah usai dan berahir puisi dan lirik angin
bila pagi ditinggalkan serpihan langit
biarlah hilang menyatu pada harum wanginya bidadari
o, meski kesetiaan bukanlah perkara hari ini
tapi kepercayaan bumi sudahlah tercabik-cabik
di kelesuan embun yang seringkali tertuang pahit
aku pun selalu, berusaha kuasakan diri
dengan berbagai pengertian aku pun memahami isi
dan kudaki puncak ketinggian hati
hingga kuberikan maaf atas kesalahan yang terberi
o, aku! bagai hikayat raja-raja bijaksana
kuampunkan kejahatan yang terjarah
dan tangan pun terangkat secara sederhana
tapi doa telah pula mengutuk harapan kelana
dan mungkin, ini hanyalah angan-angan
menjadi kenangan di kitab-kitab sejarah
telaga habislah terkuras hingga usai dan berahir
dan matahati menangis melerai kesejatian yang dicari
matabatin pun berbisik kecil dan hampir tak kumengerti
apakah ini satu maksud dari kepastian sakit hati?
o, kukendarai sayap-sayap kendali
lahir kembali seperti bening air pada sejatinya alir
dan aku pun mengalir hingga ke titik yang terilhami
berlari melampaui setiap yang teralami
temukan yang tersaji pada yang terlalui
mulai, aku jejak-resapi alang-alang matahari
hingga aku pun usai, habis, dan berakhir
apen MAKESE
KalaMendungPadaGelapMalam
10 Juni 2011
sebuah pena di antara kerikil, berdiri di Mahkamah sunyi, menanti bisik, menatap angin, memaknai hari, pun beruzlah ke titik-titik pasir, hingga jatuh menuju muara berpulang. Bebas! Berkaca pada kata apa saja, berbicaralah! Tak perlu bertanya, hanya Kau-lah...!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dosa Dalam Doa
malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...
-
Rinduku padamu Menembus ruang waktu Hingga mimbar Mayapada pecah Aku pun terkulai lupa segala Oh, Andai kau di sini Kan ku bawa meli...
-
Bagian Kesatu Titik Keberangkatan Sajak Perjalanan Keranda Zaman Gersang Resah Itu Aku dan Angin Di Antara Diskusi ...
-
ia jatuh, luruh ke danau murung lebur seluruh menjadi satu suluk di atas tahta laut bisu ia mengandung lumpur tumbuh d...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar