Aku tengah kandas di tengah jalan
Ketika kau menyapa salam dengan tiba-tiba
Aku enggan menjawab, bertanya pun tidak!
Agar aku tak tersesat, kau lagi-lagi menyapa
Oh, di antara lembah laut kehidupan!
Ku saksikan rintik jatuh basahi bumi
Ketika riak irama itu saling beradu rindu
Oh, ritmenya ibarat denting wahyu suci
Saat itu, aku diam terhanyut bunyi
Hilang! Sebegitu cepatkah ia berlalu
Dalam debu panas, yang membakar?
Entah mengapa mata tiba-tiba berkaca
Kala usai tetes berhembus di atas lempung
Mungkin rasa ini menyatu ingin setubuhi bumi
Angin berbisik, aku berdiri saksikan titik-titik birahi
Berpikir untuk menghitung sedikit keintiman Ilahi
Hati berkata, ini hari betapa sunyi senyap!
Aku labuhkan diri di atas batu kali
Entah kapan ia singgah di jalan ini
Tapi kali ini, aku ingin tunggu hujan lebat mereda
Dalam lebat sekejap
Aku merasakan panggung bergetar
Mungkin ini hari, bumi ingin hancur dalam desak angin
Tapi aku tak ingin ini bumi hangus
Masih terlalu dini jika biarkan mercusuar
Tak sejukan kalut para pelaut
Dalam lebat hujan, aku ternyata penakut
Sementara panggung baik-baik saja dalam balutannya
Lalu sayup dan takjub bersentuh dalam kalbu
Sudah, aku dengan hujan makin berpacu
Mendamaikan ragu pada apa yang terantuk
Lalu semesta meredam badai, hujan pun mereda
Aku berdecak kagum oleh bercak langit
Yang termanifestasi dalam rintik angin
Dari tempat duduk, setelah hujan benar-benar usai
Aku kumpulkan sisa percik yang mengguyur bumi
Kemudian aku genggam penuh erat
Membawa pergi ia dari kulit bumi yang mendingin
Ku sisipkan sejuknya ke dalam jiwa
Dan berteriak, aku juga liat tanah!
Yang selalu rindu sejuk air pendingin-Mu
Apen MAKESE
KalaMalamMakinTenggelam
27 November 2010
sebuah pena di antara kerikil, berdiri di Mahkamah sunyi, menanti bisik, menatap angin, memaknai hari, pun beruzlah ke titik-titik pasir, hingga jatuh menuju muara berpulang. Bebas! Berkaca pada kata apa saja, berbicaralah! Tak perlu bertanya, hanya Kau-lah...!
Minggu, 23 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dosa Dalam Doa
malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...
-
Rinduku padamu Menembus ruang waktu Hingga mimbar Mayapada pecah Aku pun terkulai lupa segala Oh, Andai kau di sini Kan ku bawa meli...
-
Bagian Kesatu Titik Keberangkatan Sajak Perjalanan Keranda Zaman Gersang Resah Itu Aku dan Angin Di Antara Diskusi ...
-
ia jatuh, luruh ke danau murung lebur seluruh menjadi satu suluk di atas tahta laut bisu ia mengandung lumpur tumbuh d...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar