Minggu, 23 Januari 2011

catatanKECIL buat keluhKESAH

Wahai sang keluh kesah
Aku bermimpi kau terkubur dalam
Rindumu tak terbendung memecah dinding bumi
Seperti sungai beranak pinak air jatuh berderai
Lalu kau mengadu

"Aku tersiksa oleh nafsu yang aku tunggu!"

Wahai peri kecilku
Aku berpikir kau terbang melintasi tinggi
Hingga gerbang langit memecah tak terjaga
Ibarat cermin terkeping-keping kau mengibaskan duka
Dan kau pun mengeluh

"Aku terperdaya bujukmu yang buruk"

Aku ingin mengajarkanmu tentang penderitaan hidup
Bukan berarti aku mengenal banyak tentang kehidupan
Namun banyak kenikmatan terbalut ketersiksaan
Aku tengah membedakan kebenaran dan kejahatan yang nanar
Dan kau?
Kau tengah menunggu dengan ketersiksaan dan derita di antara keraguan

Aku sadar
Ilmu yang kita miliki tak sepenuhnya mampu menyingkap seluruh rahasia hidup yang ada, bahkan tak akan sanggup membahasakan segalannya berdasarkan rasa dan pikiran. Aku tidak ingin berbicara keselarasan atau keseimbangan kosmos, tapi itulah kenyataannya. Gaya berpikirku terlalu geometrik!. Tidak mengapa sekedar omong kosong, jika kau anggap begitu!

Bukan naif
Bukan pula agung
Hanya nilai guna yang terantuk

Jika aku mengatakan kau harus banyak belajar dan menyaksi, semata hanya untuk kepentingan kita menafsirkan dunia. Demi hidup. Demi derita. Dan demi mati. Belajar hanya untuk membelah garis tengah di antara dua masalah yang ada. Bukan berarti kau bodoh dan primitif tanpa bisa berpikir logik, ilmiah, analisa formal atau yang lainnya. Hanya belajar yang mampu kita lakukan untuk sementara, sebagai persiapan sebelum mengarungi samudera berkarat.

Entah ditengah-tengah samudera itu
Kita akan berlabuh
Atau menabuh bunga agar langit menurunkan tangga
Atau terkubur dalam perut sang laut gelap durjana
Tapi
Tidak dengan air mata, apalagi dengan tersiksa dan tersakiti
Bisa juga dengan air mata, tapi hanya sementara
Sebab hidup bukan hal yang abadi bagi sang pencari

Wahai air mata
Aku hanya ingin kau tahu bahwa Tuhan kadang-kadang menjauhiku pelan, lembut tanpa terasa dan tak tergores dengan segala macam permasalahan yang ada, atau mungkin dengan segala kefanaan ini aku yang menjauhi Tuhan tanpa belajar, berduka dan menyesal, tapi aku tidak menyadarinya. Apa ia, mata kenyataan telah enggan mengajariku tentang kau, tentang nyata, tentang alam dan tentang rahasianya dengan rela. Ah, sementara kau terus berharap dengan sekian pertanyaan sulit. Apakah aku berdosa bila meniadakan jawabannya pada semseta, atau menghapus jejak kalbu dengan menghunus pedang berdarah-darah tanpa harapan?. Aku melihat telaga hatimu tertampung segala bisikan abadi!.

Ini bukan puisi atau sajak
Aku ingin mengajarkanmu tentang sesuatu
Sesuatu yang lain daripada kita harus mengadu tangis
Karena kau adalah rahim kehidupan

Aku tak ingin menciptakan dialog asmara yang biasa, apalagi bias. Aku ingin bicaraku kau rekam hingga ubun-ubun rindumu yang tersesat terbangun sejak kau tidur dengan pilihanmu. Oh, aku lupa!. Aku lupa katakan bahwa bahasa memiliki jenis kalamin rupa-rupa. Kusam, Karat dan kelam. Kadang ia berwajah riang, sejenak lalu ia bermuka muram. Aku ingin jelaskan bahwa aku tidak hendak mencari sesuatu yang lain, sebab tak ada yang benar-benar lain, semua hanya pengulangan-pengulangan yang di tambahi romantika yang tak kau kenal, entah datangnya dari Yunani kuno atau Romawi kolot. Aku sedang tak peduli. Aku minta kefahamanmu. Yang aku ingin kata-kataku kau hafal dan menghujam selera fantasimu yang malu-malu.

AKu tak ingin kau mencari beribu alasan untuk mendakwaiku
Sebab aku tak menyalahkanmu atas kekurangfahamanmu atasku
Karena tanggungannya semesta lebih berat dari isak tangis sang petapa
Aku ingin kau tak merasa kalah dengan kehidupan yang ada

Wahai Keluh kesahku
Aku tidak ingin kau menghafal berbait-bait bahasa, dalil, dan rasa sakit, jika kau tak sanggup menyatukan mereka dalam pelukmu yang terikat kuat. Tapi jika kau kau menyerah lalu menjual kehormatanmu dalam kelemahanmu yang hina, aku tak bisa terima. Aku hanya ingin kau memahami. Hanya itu.

Wahai purnamaku
Aku hanya ingin kau merasakan keagungan, walau kau dan aku tak mengagungkan kehidupan yang sementara. Aku hendak menjadikan kau mahkota tak tersentuh. Kecuali, apabila kerelaan Sang Raja meletakannya di tanganku yang keronta.

Wahai matahariku
Aku ingin kau tegar laiknya seorang perempuan yang menyerahkan suaminya di medan peperangan yang ganas. Aku ingin kau menjadi seorang ibu yang merelakan anaknya melepas nyawa di padang Karbala. Aku pun ingin kau seperti anak kecil yang melepas mainanmu karena gelap pekat menyelimuti malam yang terkoyak.

Wahai Hatiku yang tulus
Tulus menunggu dan berdoa agar sang ayah dan anak kembali ke dalam pelukmu
Tulus mengatasi rindu yang menghakimi belahan samudera tak berjarak
Tulus melepaskan segala rasa, walau itu atas nama asmara

Aku ingin bening
Aku harap hening
Aku ingin kau jernih
Bukan budak bisu, juga bukan yang bebas menelanjangi rahasiamu


apen MAKESE
Kala Tercebur Mimpi
02 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dosa Dalam Doa

malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...