Minggu, 23 Januari 2011

Ibunda

Ibu
Begitu namamu ku sebut
Bertemu wajah kau balas senyum
Rusak redam kalbu rindu

Rindu?

Karena kau ku sebut Ibu
Karena kau ku panggil Ibu
Karena kau adalah pintu

Ketika namamu terkata
Doa terarak di ahir fajar
Hingga pagi terpana dan matahari tenggelam

Ibu
Ketika namamu tertahta
Pintu-pintu surga terbuka musnah
Murung aku dibawah gersang

Takut!

Takut pintu-pintu tertutup
Kala kau memeluk seluruh, aku menjauh se-pintu
Murkamu adalah musuhku

Aku lupa
Lupakan pundak peluhmu
Lupakan senyum pilu pelipur laramu
Ada yang maha bergetar di dadaku

Aku sebut namamu
Aku panggil namamu
Seraut wajah

Kenapa?
Sebab aku lebih senang menenggelamkan diri bersama purnama
Aku telah lupa berenang bersama matahari dibawah kakimu
Ia yang ada, dalam dada hanya penyesalan...

Untuk apa?
Untuk menabur bunga di telapakmu
Untuk menadahkan keringat lelahmu
Untuk menampung senyum dukamu

Ibu...
Di kala malam bersolek dan pagi mulai berdandan
Aku dendangkan Asmara rindu di daun kehidupanmu
Aku akan menjaga pintu-pintu sucimu hingga aku tenggelam bersama matahari

Ibu...
Aku akan teruskan puisiku untukmu
Sayang waktu memburuku hingga tersesat
Tapi aku enggan terkubur hingga diujung kakimu

Walau pintu hidupmu kaku terkubur
Aku akan tetap membuatkanmu puisi
Puisi tanpa isi, tanpa kata, tanpa kertas dan pena
Aku menangis tanpa air mata, sebab aku lelah menanti.



apen MAKESE
KalaAirMataTerhalangKaca
29 September 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dosa Dalam Doa

malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...