Ibu
Begitu namamu ku sebut
Bertemu wajah kau balas senyum
Rusak redam kalbu rindu
Rindu?
Karena kau ku sebut Ibu
Karena kau ku panggil Ibu
Karena kau adalah pintu
Ketika namamu terkata
Doa terarak di ahir fajar
Hingga pagi terpana dan matahari tenggelam
Ibu
Ketika namamu tertahta
Pintu-pintu surga terbuka musnah
Murung aku dibawah gersang
Takut!
Takut pintu-pintu tertutup
Kala kau memeluk seluruh, aku menjauh se-pintu
Murkamu adalah musuhku
Aku lupa
Lupakan pundak peluhmu
Lupakan senyum pilu pelipur laramu
Ada yang maha bergetar di dadaku
Aku sebut namamu
Aku panggil namamu
Seraut wajah
Kenapa?
Sebab aku lebih senang menenggelamkan diri bersama purnama
Aku telah lupa berenang bersama matahari dibawah kakimu
Ia yang ada, dalam dada hanya penyesalan...
Untuk apa?
Untuk menabur bunga di telapakmu
Untuk menadahkan keringat lelahmu
Untuk menampung senyum dukamu
Ibu...
Di kala malam bersolek dan pagi mulai berdandan
Aku dendangkan Asmara rindu di daun kehidupanmu
Aku akan menjaga pintu-pintu sucimu hingga aku tenggelam bersama matahari
Ibu...
Aku akan teruskan puisiku untukmu
Sayang waktu memburuku hingga tersesat
Tapi aku enggan terkubur hingga diujung kakimu
Walau pintu hidupmu kaku terkubur
Aku akan tetap membuatkanmu puisi
Puisi tanpa isi, tanpa kata, tanpa kertas dan pena
Aku menangis tanpa air mata, sebab aku lelah menanti.
apen MAKESE
KalaAirMataTerhalangKaca
29 September 2009
sebuah pena di antara kerikil, berdiri di Mahkamah sunyi, menanti bisik, menatap angin, memaknai hari, pun beruzlah ke titik-titik pasir, hingga jatuh menuju muara berpulang. Bebas! Berkaca pada kata apa saja, berbicaralah! Tak perlu bertanya, hanya Kau-lah...!
Minggu, 23 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dosa Dalam Doa
malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...
-
Desentralisasi merupakan sebuah konsep yang mengisyaratkan adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah di tingka...
-
Rinduku padamu Menembus ruang waktu Hingga mimbar Mayapada pecah Aku pun terkulai lupa segala Oh, Andai kau di sini Kan ku bawa meli...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar