Ketika kau datang menyapa
Apimu membakar jiwa segala
Perlahan aku pun kehilangan cahaya
Biar ranting patah berganti dahan
Bukankah dari pucuk daun yang terjatuh
Bunga meramu ranum buah menjadi anggur?
Di atas gersang tanah tak bertapak
Kau kembali bertahta bangunkan istana
Entah! Masih jua rasa itu tersimpan sangat
Dalam mazazi yang tiada tercatat
Sesaat kau pun tenggelamkan aku
Dalam rupa laut gelap tak berdasar
Ibarat mega senja di langit senyap
Kau yang aku rasa, hanya getar irama
Acak bergerak dengan nada apa saja
Dalam tamanmu aku menjadi pujangga
Yang tak pernah kehabisan asin air telaga
Lalu aku pun menjadi gila dalam sepimu yang rindang
O, cinta! Meski aku tak meminta
Mihrabmu menjadi mazhabku
Namun halaman milikimu selalu...
Mengetuk suluh menegur murung
Meramu ranum buah menjadi lagu
Kini aku tak lagi kehilangan malam-menyapa
Biar laut kering berupa tajam kerikil
Atau berganti rupa menjadi gurun pasir
Aku tak lagi peduli, sebab mazhabku
Telah tertanam bersama anggur dalam mihrabmu
Apen MAKESE
KalaMalamMasihBersenandung
30 Januari 2011
sebuah pena di antara kerikil, berdiri di Mahkamah sunyi, menanti bisik, menatap angin, memaknai hari, pun beruzlah ke titik-titik pasir, hingga jatuh menuju muara berpulang. Bebas! Berkaca pada kata apa saja, berbicaralah! Tak perlu bertanya, hanya Kau-lah...!
Minggu, 30 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dosa Dalam Doa
malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...
-
Rinduku padamu Menembus ruang waktu Hingga mimbar Mayapada pecah Aku pun terkulai lupa segala Oh, Andai kau di sini Kan ku bawa meli...
-
Bagian Kesatu Titik Keberangkatan Sajak Perjalanan Keranda Zaman Gersang Resah Itu Aku dan Angin Di Antara Diskusi ...
-
ia jatuh, luruh ke danau murung lebur seluruh menjadi satu suluk di atas tahta laut bisu ia mengandung lumpur tumbuh d...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar