My best friend said/ask;
No one there!?
Cukup! aku tak ingin temanku ikut campur.
Aku ingin berdialog dengan dia, kekasihku yang luka.
Aku pinjam kata-kata di atas untuk kujadikan aksara senjata.
Tiba-tiba ia bersuara
Adakah mereka di sana?
Aku jawab semangat
Mereka sedang berjalan!
Dimana?
Di jalan-jalan tanpa suara dan kata-kata.
Dia bertanya
Apa mereka masih jauh?
Aku menimpali kegigihannya
Mereka masih sangat teramat jauh
Sehingga kau butuh seribu tahun untuk menunggu
Kapan mereka akan sampai?
Ia kembali bertanya dengan penuh harap
Aku berat untuk menjawab
Tapi dia terus memaksa keadaan
Aku hanya berbisik lirih
Mereka akan sampai ketika kau tak lagi mampu memeluk tubuh
Apa? Ia kaget.
Pun ketika kau tak lagi percaya
Bahwa kau tak dapat menggunakan mata untuk melihat wajah
Dia bertanya, kenapa?
Aku diam membisu tanpa kata
Dia lagi-lagi memaksa
Aku menjadi tak tega dibuatnya
Kemudian aku memeluk ia mesra, sambil berkata.
Bahwa mereka yang ditunggu tak pernah menemukan jalan
Bagaimana? Ia seolah tak menerima
Mereka tersesat di hutan belantara dan jagad raya
Jawabku
Mereka tersayat oleh pedang
Tenggelam dalam telaga, lanjutku.
Kenapa? Ia bertanya tak percaya.
Tak masuk akal bagi siapa saja yang sedang terluka
Aku bosan untuk menjawabmu, kataku.
Kemudian ia meracau sendiri;
Itu hanya alasan, mereka tidak benar-benar datang, kan!
Mereka takut, mereka tak mau, mereka malu, mereka acuh
Mereka tak sudi menjadi miskin karna membagi sebait puisi
"..." diam kehabisan kata.
Aku membatin, aaasu.
O, budak beliaku! Sejak berabad lalu, kau masih saja menangis darah
Lupa, dibalik retak bejana tersimpan setetes anggur yang manis
Seutas cinta adalah madu
Lebih dari itu adalah racun, aku mengadu.
O, kematian yang memikat!
Aku memeluk ia yang aku basuh.
Sungguhkah! Kau masih menunggu.
Meski dalam ruang sesal yang terpasung?
apen MAKESE
KalaSubuhMengalunPelanDanTua
31 Desember 2010
No one there!?
Cukup! aku tak ingin temanku ikut campur.
Aku ingin berdialog dengan dia, kekasihku yang luka.
Aku pinjam kata-kata di atas untuk kujadikan aksara senjata.
Tiba-tiba ia bersuara
Adakah mereka di sana?
Aku jawab semangat
Mereka sedang berjalan!
Dimana?
Di jalan-jalan tanpa suara dan kata-kata.
Dia bertanya
Apa mereka masih jauh?
Aku menimpali kegigihannya
Mereka masih sangat teramat jauh
Sehingga kau butuh seribu tahun untuk menunggu
Kapan mereka akan sampai?
Ia kembali bertanya dengan penuh harap
Aku berat untuk menjawab
Tapi dia terus memaksa keadaan
Aku hanya berbisik lirih
Mereka akan sampai ketika kau tak lagi mampu memeluk tubuh
Apa? Ia kaget.
Pun ketika kau tak lagi percaya
Bahwa kau tak dapat menggunakan mata untuk melihat wajah
Dia bertanya, kenapa?
Aku diam membisu tanpa kata
Dia lagi-lagi memaksa
Aku menjadi tak tega dibuatnya
Kemudian aku memeluk ia mesra, sambil berkata.
Bahwa mereka yang ditunggu tak pernah menemukan jalan
Bagaimana? Ia seolah tak menerima
Mereka tersesat di hutan belantara dan jagad raya
Jawabku
Mereka tersayat oleh pedang
Tenggelam dalam telaga, lanjutku.
Kenapa? Ia bertanya tak percaya.
Tak masuk akal bagi siapa saja yang sedang terluka
Aku bosan untuk menjawabmu, kataku.
Kemudian ia meracau sendiri;
Itu hanya alasan, mereka tidak benar-benar datang, kan!
Mereka takut, mereka tak mau, mereka malu, mereka acuh
Mereka tak sudi menjadi miskin karna membagi sebait puisi
"..." diam kehabisan kata.
Aku membatin, aaasu.
O, budak beliaku! Sejak berabad lalu, kau masih saja menangis darah
Lupa, dibalik retak bejana tersimpan setetes anggur yang manis
Seutas cinta adalah madu
Lebih dari itu adalah racun, aku mengadu.
O, kematian yang memikat!
Aku memeluk ia yang aku basuh.
Sungguhkah! Kau masih menunggu.
Meski dalam ruang sesal yang terpasung?
apen MAKESE
KalaSubuhMengalunPelanDanTua
31 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar