Bundaku! Meski tak seringkali
Aku menuruni lembah ngarai
Tapi rindu ini slalu bersetubuh
Membujuk kalbu menuntun tubuh
Dalam ratap aku tak berdaya
Memanggil nama di ujung sajadah
Tangis sunyi di pita ade
Menyayat tajam perahu retak
Dari sebilah pisau besi berkarat
Sayatnya menghujamkan abjad nama
Walau tak sepenuhnya lekat
Sketsa wajah dalam dekap belia
Namun lagu nurani bersambut
Tenunkan beribu syair dalam larut
Lembut gaun hati lantunkan
Nggahi, pahu ro eli bersahut-sahut
Hingga jaga enggan terpejam
Mengecap hadir dalam dada dan mata
Ku titipkan rindu pada gelap yang menjelma
Meski tak terfahami oleh rasa yang sederhana
Apen MAKESE
KalaAKuMerinduiSerautWajahmu
12 september 2010
Aku menuruni lembah ngarai
Tapi rindu ini slalu bersetubuh
Membujuk kalbu menuntun tubuh
Dalam ratap aku tak berdaya
Memanggil nama di ujung sajadah
Tangis sunyi di pita ade
Menyayat tajam perahu retak
Dari sebilah pisau besi berkarat
Sayatnya menghujamkan abjad nama
Walau tak sepenuhnya lekat
Sketsa wajah dalam dekap belia
Namun lagu nurani bersambut
Tenunkan beribu syair dalam larut
Lembut gaun hati lantunkan
Nggahi, pahu ro eli bersahut-sahut
Hingga jaga enggan terpejam
Mengecap hadir dalam dada dan mata
Ku titipkan rindu pada gelap yang menjelma
Meski tak terfahami oleh rasa yang sederhana
Apen MAKESE
KalaAKuMerinduiSerautWajahmu
12 september 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar