Minggu, 23 Januari 2011

sajak-puisi RINDU-ku buat La Hila (putri yang hilang) # ku persembahkan untuk jerit tangismu di bukit-bukit sepi dan mati

I

Rinduku padamu
Menembus ruang waktu

Hingga mimbar Mayapada pecah

Oh,
Andai kau di sini
Kan ku bawa melintasi pelangi terindah

Andai saja hari ini
Kau berlari kecil berkeliling bukit

Menari dan bernyanyi
Aku yakinkan diri

Niscaya
Budak-budak sahaya akan belajar bersama
Dan aku pun akan masuk dalam labirin yang licin

Meminum habis rinduku padamu

II

Di sana, rinduku
Di bukit Tursina memerah jingga

Aku ingin mengkaji selisih
Mengaji kalbu-tubuh dan laku

Bersamamu
Bersama harum bunga-senyummu

Seroja sadarku
Memaksa semesta kecilku berduka

Ah,
Riak cahayamu redupkan jiwaku
Hingga tarian kesuburan tak berlaku

Bebekas
Darah membuncah benamkan rindu

Geliat gerak pun terkulai layu
Tetumbuhan kebun tak mau tumbuh

Dalam kerudung luka
Nenek tua pun enggan lagi berpeluk-sapa

Pelan dalam waktu
Dedaunan gelayutkan denyut haru

Aku rindu
Aku hidup
Hidup dalam rinduku padamu

Walau tak lagi
Tulip dan bambu mampu mengadu
Burung pun bisu di bukit berbanjar harap

Aku tau, kini
Kau bunga bermata Buta

Merayu laut
Labuhkan gelombang

Di pelabuhan itu
Aku menunggu kau menjemput

III

Jujurku
Kau mutiara permata hati

Hingga
Batinku berteriak ingin

O, entah bagaimana bisa
Zaman menghambat kita bersitatap

Aku hanya bermimpi
Mendamba wajah dalam rupa khayal

Kau rinduku
Sendiri di balik rimbun aurat telanjang

Ya, kau
Tersembunyi di puncak mati

Kini, aku dan rinduku
Benamkan mantra kata tersayat

Hingga angan rasa meracau
Sampai kapan aku bermain?

Entah!
Bertahta keserbakemungkinan

Tapi biarlah!
Ku tak kan melukai kesunyiamu

Karna
Ku tak ingin rinduku terganggu
Pun tidurmu terbangun

IV

Kau rinduku
Telah abadi

Sepanjang hari ku tak berdaya

Yakinku
Kau tak terkubur pasti

Tapi aku tahu
Dalam tubuh bumi kau tak sendiri

Di peluknya
Kau slalu bernyanyi tiupkan serunai

O,
Kau hanya tersembunyi
Senyapkan kesunyian langit

V

Rinduku
Dahulu kau hendak bebaskan
Sunyat hasrat para pemburu nafsu

Kau tak niatkan untuk itu

Tak sengaja
Kau membunuh wujudmu

Jika hanya cemburu
Kau mampu ganti keinginan langit

Senyummu
Senyum yang terhunus

Tulus
Walau juga membunuh

Ah, kau memang
Kau enggan dusta melukai sahaya

Hingga kau mau
Membunuh tahta-kehormatan-tubuhmu

Kau pun mengubur rinduku
Demi pelepah manis pangeran batu

VI

Rinduku
Jagad telah kau genggam

Dalam asmaNya
Asmaramu kau tenggelamkan

Jagad-semesta-alam itu
Masih ada di tanganmu

Aku temukan ia menari
Di bawah jerit jalangmu

Hingga Kala terjerat
Di penjara tak terkata

Jalan itu tertanda darah
Batu cadas itu tirtimpa air mata

Di telaga suci cintamu
Cinta kau rinduku tuju

Cinta renyah balatentara
Cinta remang dalam gama

O,
Desah-resah-pasrah dawai asmara

Kau
Rinduku

Hingga hari ini
Ku teteskan air mata nama

Air mata kehilangan wajah
Air mata kesunyian pandang
Air mata pertemuan raga

Tapi ku simpan semua
Agar tak usai rinduku hingga akhir

VII

Rinduku
Ku relakan kau lelap
Rebahkan jiwa lelah abad tak beradab

Aku relakan!

Relakan kau selimuti langit
Pun rela aku kau baluti tubuh bumi

Ku relakan
Kau redupkan mata letihmu

Reguklah danaumu

Semoga
Kekhusuanku tak terganggu soal cemburu

Karena rinduku
Tak tertahan hingga hari ini

Aku masih ingin
Masih ingin

Ingin mainkan harpa rinduku
Selalu dalam waktu


apen MAKESE
HariSuciMasihDuaMingguLagi
RamdahnSunyi 78F 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dosa Dalam Doa

malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...