Sore 25 April pukul 18 kurang sedikit
Aku tengah menikmati kopi pahit tak berair
Pahitnya mengalir bersama bara api
Rasanya tak mungkin dikecap habis, hari ini
Dari tempat terbenamnya matahari
Pemantik api, seringkali padam dan mati
Sembunyikan gurat kecil dalam percak putih
Yang sunyi, dan tak lagi mungkin menjadi suci
Ketika malam memanggil gelap
Tuk segera berkelana dan menjadi mata-mata
Analogi kopi pun bersemayam
Dan telah menjadi alegori dalam aforisma senja
Dan kiranya, selubung larut
Kian mungkin tuk melarutkan apa saja dalam kemelut
Waktu telah menandakan jauh melewati detik awal
Dengan sengaja atau diam-diam mengabaikan kala ia bermula
Malam ini, gadis kecil yang lain
Menantikan syair tentang sejatinya nurani
Kemarin, ia kirimi aku salam satir
Melaui pagi dan bibir para pelangi
Hari ini, aku ruwatkan ia satu wirid
Tentang kerinduan Rumi pada serambi Syamsi
Entah pada siapa
Sajak ini, hendak ia sabdakan
Tapi, kerinduan itu
Kan dilabuhkan jua oleh Hasan al-Basri
Aku diharuskan oleh waktu
Memainkan alur yang terus melaju dan pergi berlalu
Meski demikian, aku tak peduli!
Bukankah lilin hati sanggup menyalakan lembut api?
Dan di atas pena
Aku memulainya dengan alfa-sana
Kutuntun runcing tirainya
Dengan nama Wulan El-Shirazy
Larut! Bulan belum juga menampakan wajah
Sedangkan kaki kerinduan telah tiba menitipkan air mata
Tolong, kau dengarkan!
Rintih-perih dalam serpihan yang sama
Bila mungkin, sebelum kau usaikan malam
Sudilah kiranya kau menyapa yang tak berdaya
Jika, kau terlanjur lelap, di atas ranjang kegelapan, malam ini.
Ajarkan ia, tuk tegaskan beban kenyataan, pada malam esok
Hingga lekang, hilang tak lagi bersama jiwa, segala tetipu-daya
Semestikah itu! Kau tanamkan ia ke dalam benak tak bernama?
Kan kuceritakan kerinduanmu hari ini
Pada matahari dan embun yang mengalir pada pucuk anyelir
Agar ia resapi terik hatimu berkali-kali
Dan hakikat siang pun kan berbagi pengertian dengan matahari
Aku masih harus membawa kerinduanmu, pada laut dan bukit tandus
Yang memupuk-kembalikan rindang taman lembayung yang saling terpaut
Hidupmu, harus kau tuntun selalu, agar menjadi agung
Meski, kau berada di tengah ilalang dan semak-semak rerumputan sekam
Apen MAKESE
KalaMalamMemintaGelap
25 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar