Selasa, 26 April 2011

Sajak Kerinduan Gadis Kecil Yang Lain (Dedicate For Wulan El-Shirazy)


Sore 25 April pukul 18 kurang sedikit
Aku tengah menikmati kopi pahit tak berair

Pahitnya mengalir bersama bara api
Rasanya tak mungkin dikecap habis, hari ini

Dari tempat terbenamnya matahari
Pemantik api, seringkali padam dan mati

Sembunyikan gurat kecil dalam percak putih
Yang sunyi, dan tak lagi mungkin menjadi suci

Ketika malam memanggil gelap
Tuk segera berkelana dan menjadi mata-mata

Analogi kopi pun bersemayam
Dan telah menjadi alegori dalam aforisma senja

Dan kiranya, selubung larut
Kian mungkin tuk melarutkan apa saja dalam kemelut

Waktu telah menandakan jauh melewati detik awal
Dengan sengaja atau diam-diam mengabaikan kala ia bermula

Malam ini, gadis kecil yang lain
Menantikan syair tentang sejatinya nurani

Kemarin, ia kirimi aku salam satir
Melaui pagi dan bibir para pelangi

Hari ini, aku ruwatkan ia satu wirid
Tentang kerinduan Rumi pada serambi Syamsi

Entah pada siapa
Sajak ini, hendak ia sabdakan

Tapi, kerinduan itu
Kan dilabuhkan jua oleh Hasan al-Basri

Aku diharuskan oleh waktu
Memainkan alur yang terus melaju dan pergi berlalu

Meski demikian, aku tak peduli!
Bukankah lilin hati sanggup menyalakan lembut api?

Dan di atas pena
Aku memulainya dengan alfa-sana

Kutuntun runcing tirainya
Dengan nama Wulan El-Shirazy

Larut! Bulan belum juga menampakan wajah
Sedangkan kaki kerinduan telah tiba menitipkan air mata

Tolong, kau dengarkan!
Rintih-perih dalam serpihan yang sama

Bila mungkin, sebelum kau usaikan malam
Sudilah kiranya kau menyapa yang tak berdaya

Jika, kau terlanjur lelap, di atas ranjang kegelapan, malam ini.
Ajarkan ia, tuk tegaskan beban kenyataan, pada malam esok

Hingga lekang, hilang tak lagi bersama jiwa, segala tetipu-daya
Semestikah itu! Kau tanamkan ia ke dalam benak tak bernama?

Kan kuceritakan kerinduanmu hari ini
Pada matahari dan embun yang mengalir pada pucuk anyelir

Agar ia resapi terik hatimu berkali-kali
Dan hakikat siang pun kan berbagi pengertian dengan matahari

Aku masih harus membawa kerinduanmu, pada laut dan bukit tandus
Yang memupuk-kembalikan rindang taman lembayung yang saling terpaut

Hidupmu, harus kau tuntun selalu, agar menjadi agung
Meski, kau berada di tengah ilalang dan semak-semak rerumputan sekam


Apen MAKESE
KalaMalamMemintaGelap
25 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dosa Dalam Doa

malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...