Ya, Tuhanku
izinkan aku tunduk takut hanya kepadaMu
Ya, Rasulku
ini aku ikutimu dalam ketaatanku padaNya
untuk ibu bapakku
restui ketaatanku padamu atas perintahNya
untuk kakek nenekku
ampunkan dosaku yang berupa durhaka
untuk paman bibiku
maafkan nodaku yang berupa kejahatan
biar kesalahanku menjadi kebejatanku
tapi bukan maksudku menentang kewajaranmu
untuk adik dan kakakku
keponakan-keponakanku
dan seluruh denyut kehidupan
yang tak dapat lagi kusebutkan seluruh
o, aku selalu ada
dalam setiap gelombang nafas
yang ada pada kehidupanmu dikala kau terbangun
di dalam keterjagaan
kubuka lembar demi lembar gambarmu
lalu kujadikan pena dalam seribu satu sajakku
dan bila wajahmu tak tertatap
maka kupejamkan sejenak mata
kubasuh bayang demi bayang
dan kugariskan sketsamu dalam kanvas cahaya dadaku
o, wajah-wajah yang silang berlipat
dalam bebalutan dada dan nalar yang bersimbah
kau pun bebasuhi diri dari mayang ke taman Eva
di kelopak Aminah dan pelepah Aswin menjadi dedaun Ida
o, Aku sendiri menyapi Nining
kemudian beralih Suci menjadi Alam
dari Hajrin pun ia berlari menjadi air
dan anak-anak bapakku
yang tak sepenuhnya kuhafal
siapa saja yang tersemat dan menjadi tanda
tapi, masih bisa kubayangkan ceria tawa
dan terciptalah tanya dalam aneka jiwa
Tasya dan Felani pun menari di aliran sungai
tampak Nadia bersama Syafira bermain pasir
sesekali Anjas dan kakaknya pun berbagi kelasi
titik kasih di antara Habibah dan Afandi
kuredam tangisku agar tak kembali
tapi kuingat lagi anak om Syam dan om Hasan
yang setiap hari berlari menanti pagi dan esok kembali
di sisi lain, Ayah, om ghovin, Ryan
Imam, Rifaid, Pika, Abi, Ibrahim, Ihwan
dan mereka yang lain pun sama demikian
o, anak-anak kakaku, anak-anak gembala
di kebun dan ladang mereka berharap tanak
anak-anak kakaku, anak-anak petani
di kebun dan ladang mereka tercaci dan menangis
o, bila tanah dan silsilah
telah difatwakan haram tuk kutitipkan jemari
maka biarkan kakiku temukan yang tersembunyi
serupa bukit atau pesisirku sendiri
biarkanlah!
o, biarkanlah aku berjalan sendiri
tertuntun pada sinar bulan dan cahaya matahari
pada alir langit dan di arus bumi yang kutadahi
kuserahkan diri di antara bisik kecil yang ada pada Ilahi
apen MAKESE
KalaPagiBerembunkanRindu
21 Juni 2011
sebuah pena di antara kerikil, berdiri di Mahkamah sunyi, menanti bisik, menatap angin, memaknai hari, pun beruzlah ke titik-titik pasir, hingga jatuh menuju muara berpulang. Bebas! Berkaca pada kata apa saja, berbicaralah! Tak perlu bertanya, hanya Kau-lah...!
Selasa, 21 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dosa Dalam Doa
malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...
-
Rinduku padamu Menembus ruang waktu Hingga mimbar Mayapada pecah Aku pun terkulai lupa segala Oh, Andai kau di sini Kan ku bawa meli...
-
Bagian Kesatu Titik Keberangkatan Sajak Perjalanan Keranda Zaman Gersang Resah Itu Aku dan Angin Di Antara Diskusi ...
-
ia jatuh, luruh ke danau murung lebur seluruh menjadi satu suluk di atas tahta laut bisu ia mengandung lumpur tumbuh d...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar