dari atas pucuk
setetes air terjatuh
mencari titik singgah
temukan tepian hilang
aku namakan ia
seribu sajak terpenggal
yaitu sajak peluh
di altar kematian alur
bisik senyap pergi
bening terpencil sendiri
aku panggil ia
seribu satu puisi terkucil
dengan putik pagi
kutadahi kabung matahari
sebab bila kabut pagi
enggan menyatu kembali
maka bekas pun pasrahkan diri
pada titik hilang yang tak terkendali
apen MAKESE
KalaPagiMenaikiMatahari
21 Agustus 2011
sebuah pena di antara kerikil, berdiri di Mahkamah sunyi, menanti bisik, menatap angin, memaknai hari, pun beruzlah ke titik-titik pasir, hingga jatuh menuju muara berpulang. Bebas! Berkaca pada kata apa saja, berbicaralah! Tak perlu bertanya, hanya Kau-lah...!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dosa Dalam Doa
malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...
-
Rinduku padamu Menembus ruang waktu Hingga mimbar Mayapada pecah Aku pun terkulai lupa segala Oh, Andai kau di sini Kan ku bawa meli...
-
Bagian Kesatu Titik Keberangkatan Sajak Perjalanan Keranda Zaman Gersang Resah Itu Aku dan Angin Di Antara Diskusi ...
-
ia jatuh, luruh ke danau murung lebur seluruh menjadi satu suluk di atas tahta laut bisu ia mengandung lumpur tumbuh d...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar