Oh, jika bencana melanda
Baru terasa nestapa dan petaka menyiksa
Raga teraniya satukan jiwa yang ratap
Kapan ia kan usai kikis segala harap
Belum habis air mata tersimpan dalam bejana
Puing kesedihan tersirat kembali dari samudra
Ya, Tsunami menghimpit, Mentawai merintih
Bayi-bayi tertindih, ibu-ibu kehilangan energi
Merapi muntahkan lahar api perlahan
Bukit tandus, debu gugurkan dedaun layu
Dalam sujud, murung mengharu biru
Burung membisu, laut memasung kalbu
Sudahi perih luka mereka terkurung
Sebab jalan masih panjang bebentang
Masih hangat catatan para pejalan
Sejarah masih merekam ingatan kelam
Tentang Banda dan tapak Jogja
Lalu tersingkap bayang melena
Wasior pucat-pasi tinggalkan sisa-sisa
Wajah Mentawai merah bersimbah darah
Dapatkah aku juga kau resapi kalut
Merapi memecah rebahkan kematian
Kini Krakatau tengah mengali kubur diam-diam
Untuk membunuh, pupuskan waktu dan sisa cerita
Lelah kau dan aku dengar rintihan semesta
Entah kapan mereka dapati kedamaian jiwa
Haruskah air mata menjadi darah
Dan setapak jalan menjadi neraka
Lalu, kemudian aku juga kau
Pasrah memapah raga mereka tak bernyawa?
Apen MAKESE
KalaSemestaTerbalutNestapa
01 November 2010
Baru terasa nestapa dan petaka menyiksa
Raga teraniya satukan jiwa yang ratap
Kapan ia kan usai kikis segala harap
Belum habis air mata tersimpan dalam bejana
Puing kesedihan tersirat kembali dari samudra
Ya, Tsunami menghimpit, Mentawai merintih
Bayi-bayi tertindih, ibu-ibu kehilangan energi
Merapi muntahkan lahar api perlahan
Bukit tandus, debu gugurkan dedaun layu
Dalam sujud, murung mengharu biru
Burung membisu, laut memasung kalbu
Sudahi perih luka mereka terkurung
Sebab jalan masih panjang bebentang
Masih hangat catatan para pejalan
Sejarah masih merekam ingatan kelam
Tentang Banda dan tapak Jogja
Lalu tersingkap bayang melena
Wasior pucat-pasi tinggalkan sisa-sisa
Wajah Mentawai merah bersimbah darah
Dapatkah aku juga kau resapi kalut
Merapi memecah rebahkan kematian
Kini Krakatau tengah mengali kubur diam-diam
Untuk membunuh, pupuskan waktu dan sisa cerita
Lelah kau dan aku dengar rintihan semesta
Entah kapan mereka dapati kedamaian jiwa
Haruskah air mata menjadi darah
Dan setapak jalan menjadi neraka
Lalu, kemudian aku juga kau
Pasrah memapah raga mereka tak bernyawa?
Apen MAKESE
KalaSemestaTerbalutNestapa
01 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar