Minggu, 23 Januari 2011

Air dan Api

Oh, jika bencana melanda
Baru terasa nestapa dan petaka menyiksa

Raga teraniya satukan jiwa yang ratap
Kapan ia kan usai kikis segala harap

Belum habis air mata tersimpan dalam bejana
Puing kesedihan tersirat kembali dari samudra

Ya, Tsunami menghimpit, Mentawai merintih
Bayi-bayi tertindih, ibu-ibu kehilangan energi

Merapi muntahkan lahar api perlahan
Bukit tandus, debu gugurkan dedaun layu

Dalam sujud, murung mengharu biru
Burung membisu, laut memasung kalbu

Sudahi perih luka mereka terkurung
Sebab jalan masih panjang bebentang

Masih hangat catatan para pejalan
Sejarah masih merekam ingatan kelam

Tentang Banda dan tapak Jogja
Lalu tersingkap bayang melena

Wasior pucat-pasi tinggalkan sisa-sisa
Wajah Mentawai merah bersimbah darah

Dapatkah aku juga kau resapi kalut
Merapi memecah rebahkan kematian

Kini Krakatau tengah mengali kubur diam-diam
Untuk membunuh, pupuskan waktu dan sisa cerita

Lelah kau dan aku dengar rintihan semesta
Entah kapan mereka dapati kedamaian jiwa

Haruskah air mata menjadi darah
Dan setapak jalan menjadi neraka

Lalu, kemudian aku juga kau
Pasrah memapah raga mereka tak bernyawa?


Apen MAKESE
KalaSemestaTerbalutNestapa
01 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dosa Dalam Doa

malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...