Bukan salahku engkau aku temukan di tepi jalan berlumpur. Di sana aku lihat beribu warna alam yang menangis melambai. Engkau menantiku, tidak! Bukan mauku ketika aku ajak engkau bercumbu mesra. Di tepi jalan itu telah berjejal wajah2 yang muram durja. Hanya engkau yang berwarna bersanggul mawar merah pelangi. Engkau sungguh wangi melambangkan keberania Kartini di tengah kemiskinan akal yang cerdas.
Bukan salahmu juga ketika engkau mengatakan terjerembab di lembah kenistaan di kala tiada lagi pekerjaan yang halal. Kau sungguh nakal. Sadarku sungguh telah salah alamat ketika aku menyalamimu sebagai ratu sejagat yang rela menelan racun berbau madu. Aku memelukmu erat, seerat sekerat maut diujung hidup. Kau berlutut seakan tak mampu lagi berkata.
Jangan lagi berbahasa
Ada banyak warna wajah yang aku tak mengerti
Jangan lagi berbicara
Begitu banyak nyata yang tidak saling kita pahami
Di tepi jalan ini aku menemukanmu, di tepi jalan ini pula kau memelukku dengan senyum bibirmu yang ranum oleh segenggam kenyataan yang kabur. Kau layak perawan di biduk2 para budak sang raja rimba alam nyata. Aku berduka, kau memeluk sukma kesakitan sangat.
Aku dan kau satu dalam labirin yang kecil
Kau dan aku ada di jejak-jejak yang sempit
Jangan biarkan tepi jalan pudarkan warna alammu
apen MAKESE
MalamBerbintangBerlaluSudah
24 Agustus 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar