Apa yang harus aku lakukan jika aku tepat berada di batas pagar kesempatan untuk menyelamatkan diri di antara jurang dan harimau menerkam? Jangan kau jawab aku harus menyerah! Aaah, kenapa kau jawab aku harus pasrah. Lalu aku tanya, Pasrah pada siapa? Apa aku harus menyerahkan diri pada harimau yang menerkam dan lapar atau kah aku harus menjatuhkan diri di kedalam jurang yang menunggu keberanianku untuk MATI...?
Apa yang harus aku lakukan?
"..."
Kau tidak bisa menjawab?
Jika kau yang berada pada posisi dimana kau harus memilih antara menyerah kemudian mati dan menyelamatkan diri ke dalam jurang tak berujung namun kau akan menemui kematian juga, apa yang akan kau lakukan? Kau jawab pasrah pada kehendak Tuhan? Waaah, enak betul kau memperlakukan Tuhan seperti perawan suci yang kau datangi ketika engkau butuh, setelah itu pergi tanpa permisi. Lalu bagaimana Tuhan membisikan keselamatan maut untukmu di kedua alat pendengaranmu?
Jangan berbicara keselamatan dari balik bayang.
Apa kau bilang, MAKRIFAT...?
Tampakkan Wajahmu, lalu lihat lah perintah2.
Aaah, kau tanya aku lagi bagaimana kau harus menyelamatkan diri dari kedua jerat jeruji semesta dari kehendak Tuhan yang kau ingkari sekaligus kemauan alam yang kau tentang keberadaannya. Aku katakan padamu bahwa aku bukan kaum positivis yang selalu gampang menghubungkan variabel2 tersenbunyi dari interaksi beberapa struktur, proposisi, asumsi dan mungkin juga postulat, bisa retak tulang kepalaku.
Kenapa?
Karena kau bertanya terus.
Apa, Kau bilang belum cukup?
Apa aku lalu akan meninggalkan sesuatu yang tak terukur untuk memenuhi hasrat ingin tahumu?
Apa aku harus menjadi Harimau untuk menundukkan keluguanmu?
Apa aku harus menjadi jurang agar hausmu akan tau terpenuhi?
Iya kau bilang!
Baik.
Aku terbatas, kau juga terbatas!
Puas?
Aaah, kau kata belum?
Ok...!
Aku katakan padamu... Kita terbatas, kau dan aku terbatas. Tapi harimau dan jurang lebih terbatas dari kita berdua sebagai manusia. KAU dan AKU. Waah, kau bertanya lagi dari mana kemana kepadaku, kau mirip seperti yang disebutkan di dalam wahyu tentang suatu kaum yang di campakkan oleh Tuhan karena terlalu merasa istimewa.
Baiklah...!
Tuhan menciptakan Malaikat dengan suatu anugerah yaitu AKAL tapi mereka tanpa NAFSU. Maka dari itu mereka tidak di sebut sebagai makhluk istimewa. Tapi meraka suci! Iya aku tau. Dan binatang diciptakan juga dan diberi perlengkapan OTAK tapi merka tidak memiliki AKAL. Mereka punya NAFSU. Sama seperti kamu!
Lalu.
Manusia dianugerahi seluruh oleh Sang Pemurah. Akal untuk menuruni bukit2 pemenuhan kebutuhan perut dan hidup. Nafsu dilumuri tubuhmu agar engkau dapat meniduri istrimu yang suci setelah engkau permisi kepada kedua dua nyawa pemegang amanah takdirnya.
Hubungannya apa dengan menyelamatkan diri?
Gunakan akalmu, jangan gunakan nafsumu!
Dengan memaksa dan melawan?
Untuk apa engkau melawan dan memaksa jika ada cara yang menawan.
Bagaimana?
Harimau tidak benar2 ingin memakanmu dan jurang tidak pernah menganggu dan menunggumu untuk di kubur disana. Bersahabatlah dengan mereka yang sesungguhnya mengejarmu. Percuma engkau kabur dan menyelamatkan diri. Karena waktu itu sempit dan ruang itu terbatas. Tidak percaya? Keimanan itu telanjang dan telentang tanpa sehelai kain, dia perlu pakaian TAQWA untuk menutupinya tubuhnya yang buruk dan kadang busuk.
Bagaimana mungkin harimau memakanmu jika engkau tunduk dan menundukkan mereka yang tidak lengkap dan tidak sempurna secara penciptaan.Bersahabatlah dengan maut kematianmu, dia tidak menunggumu tapi ia sedang berjalan beriringan denganmu, ia tinggal menunggu waktu yang tawadu untuk menjemputmu dengan cara lembut atau menusuk kalbumu segara secara kasar.
JIKA kau tanya AKU
Aku akan menundukan kepalaku dihadapan keduannya
Sebab tiada kelebihan apa pun yang ada padaku saat itu
Aku telah membaginya untuk harimau pagi dan petang
Jurang2 aku bersihkan nodanya setiap nyanyian terdengar
Aku tundukan kepalaku di hadapan mereka
Dan aku berkan HATIku pada pemilikku yang HAKIKI
Biarlah Kesempurnaan penciptaan aku bagi
Asalkan hati ini bisa tetap damai
Dan Tuhanku selalu bersemayam memeluk kalbu.
Air matanya memecah padang panas
Isak tangis terakhirnya meredam lembah gembala
UMATI, UMATI, UMATI
Kata hatinya telah sepi di semesta Ilahi
Kau telah pergi di ujung kerinduan
Aku sendiri mengiringi syirahmu
ALLAH dan RASUL-ku
Semoga AKU dapat menyerahkan keterbatasan ini dengan ketundukan yang tak terbatas.
Aku ingin membuatMu bangga telah meniupkan ALASTU ke alam ROHku.
apen MAKESE
GelegarTawaSajadahMalam
24 Agustus 2009 sekian lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar