Untuk jiwa2 yang terjaga dari kelenyapannya, harapan masih terus menyala, sebab itu yang seharusnya trjadi. Untuk raga yang selalu lupa akan kealpaan diri, satu hidayah akan selalu menunggu bahkan mencarimu hingga kau tiada mampu mengelak, kecuali kau terbunuh oleh sang waktu yang kau suka. tapi ini bukan tentang kau, semua ini hanya tentang "aku", sebab "aku" yang selalu menutup diri buat setitik cahaya dan harapan.
Yang aku maksud dengan "aku" adalah aku yang terdapat di "dalam" diri, yang ku sebut "kau" adalah aku yang di "luar" diri. realitas hanya dapat diterangkan di antara keduannya oleh realitas itu sendiri dan kesadaran aku dan kau terhadap realitas itu sendiri. hakikatnya adalah yang tersembunyi, yang selalu aku dan kau sembunyikan.
Aku baru mampu membuka setitik celah di pintu kalbuku, sementara inginku membuat hamparan semesta di dadaku. sementara harapku mampu membuang kunci2 yang menyekat segala nalar hati dan akalku yang mengekang jejak hingga pembatasan tiada pagar. walau aku tau perbatasan adalah mutlak tapi aku tak ingin membuat pembatas diantara keduanya.
Angin berbisik lirih padaku tentang getar jiwa, maka kau ku sebut sebagai irama sunyi. rerumputan menegur lembut padamu tentang rasa, maka kau sebut ia sebagai nada. O, harapan yang besar, kepenatan yang agung, dan hati yang rela. jangan biarkan bisik dan tegurnya berlalu tanpa tanda yang menekan rasa ingin tauku tentangMu.
apen MAKESE
RealitasYangSedangMembisu
13 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar