Satu Tetes
Sang surya membuka selimut kalut
Memahat embun menjadi senyum
Dua Tetes
Bukit berbanjar telanjangkan diri
Aku memaksa menghakimi hati
Petaka
O, aku terjebak dalam jejak semu
Memuja wajah berhias palsu
Tiga Tetes
Hidup!
Aku hidup
Hidup dari suapan fana dan papa
Kemana?
Aku tiada!
Ya,
Kealpaan menambah sesal
Hingga lupa laut memuntahkan Jubah
Ya,
Sesal menutup biduk perahu kecil
Hingga tirai menyibak rahim perempuan terhormat
Tetes demi Tetes
Kau membuka jalan senandungkan arah
Tetes demi Tetes
Aku pun mencari arah kenali warna
Tetes demi Tetes
Aku lupa
Aku lupa pada jalan bersitatap wajah
Hingga deru derai iramamu
Buat aku haus dan rindu tertunduk
Ah, kau
Bagai suluh membakar habis bukit berbanjar
Hingga
Aku temukan kau di muara menengadahkan tangan
Membasuh tubuh dalam Laut dan danau yang SATU
apen MAKESE
KalaFajarDiRuangBening 78F 2009
sebuah pena di antara kerikil, berdiri di Mahkamah sunyi, menanti bisik, menatap angin, memaknai hari, pun beruzlah ke titik-titik pasir, hingga jatuh menuju muara berpulang. Bebas! Berkaca pada kata apa saja, berbicaralah! Tak perlu bertanya, hanya Kau-lah...!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dosa Dalam Doa
malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...
-
Desentralisasi merupakan sebuah konsep yang mengisyaratkan adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah di tingka...
-
Rinduku padamu Menembus ruang waktu Hingga mimbar Mayapada pecah Aku pun terkulai lupa segala Oh, Andai kau di sini Kan ku bawa meli...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar