Sang pencari tersesat hingga belantara malam. Lagi duka di pundakmu murka. Biarkan suka menjemput lukamu dikedalaman samudera gelap. Kosong aku kira pekat hari depan, harapan ada bila kekuatan dibawa serta, sebab cita-cita tanpa kekuatan hanyalah harapan belaka. Aku hanya setitik noda putih bagi kegelapan semesta yang tampak, jangan lagi engkau hilang bersama zaman tanpa nama. Aku masih ingin menatap wajahmu santun tersenyum pada ketersiksaan satwa. Ah, jangkrik masih sayup ku dengar makiannya. Kemana engkau tersesat di persimpangan persetubuhan luka?.
Mata telanjang menembus cahaya. Hanya ada Kau di sana bersemayam. Tidak bisa ku hayalkan betapa indah bayangMu karena rahasia terlarang menatap wajahMu, hingga saat yang Kau kehendaki. Hanya kegelapan yang tampak, tiada tanda, tiada warna. Itulah Kau duduk menatap alam seluruh gerakku. Engkau bersama yang tiada. Ketiadaan yang ada pada akal itu adalah tempat bagi ke-Ada-anMu. Tiada yang sama yang dapat menjamahMu. Kau Satu Yang Tak Pernah Bisa Terbayangkan, tapi aku dapat merasaka kehadiran TanganMu.
Hingga aku tersesat tiada jalan
CahayaMu lembut menuruni kalbu yang kaku
Aku malu menjamu kehadiranMu yang Agung
Akalku terbatas merajut saksi keniscayaanMu
Hingga mati, aku ingin Engkau berdiri berbisik kasih
Apalagi yang tertulis oleh sang pencari tersesat, selain jalan menuju cahaya gerbang istana. Rimba raya kadang menawarkan keunikan rasa. tapi sejenak, sang pencari tenggelam dibalik makna. Kadang kata tanpa wajah melenggang dalam pertarungan tanpa kemenangan. Peperangan bisu akan lebih baik ketimbang kekerasan tanpa alasan. Ah, di hutan belantara ada saja sampah zaman dan budak zaman. Untuk apa aku memikirkan hal yang tidak menarik atau studi demi kepentingan diri. Pemikiran abstrak tiba-tiba datang menyiksa tanya. Kemana jalan?
Aku butuh teman atau pembimbing yang kongkret
Ia ada diujung waktu persetubuhan fajar sepi
Kesunyian adalah kesucian nurani yang terpatri
Karena kegelapan adalah pintu bagi kebenaran Sabda.
Maaf, aku tersesat dalam ruang kamarku yang kumuh
Tapi aku enggan menyiksa kenyataan jalan
Sebab kamarku adalah panggung yang agung
Datanglah padaNya telanjang, Ia akan menunjukkan bagimu jalanNya.
Aku menyaksikan Ia ADA.
Tanpa awal dan tiada akhir.
Aku tersesat dalam semesta Ke-ADA-anNya.
apen MAKESE
YangTersesatTerserahlah
24 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar