Minggu, 23 Januari 2011

WARNA dibalik AWAN

Di tepi telaga sepi, anjing pagi melolong memanggil hari, sekeping hati terkubur luka, taman mawar tumbuh berduri. Di jejak langkah kering tak terbekas, sendiri aku terpaku melihatmu ragu. Ragaku memecah memanggil nestapa, hilang derita nyawamu terurai. Mataku tertutup awan gelap di langit gelegar retakan petir, wajahmu tercerah cahaya pencerahan lembut purnama, seribu bintang rindu pada kaki musafir berlalu diujung pencarian tak berkesudahan.

Di bibir sumur kedamaian jiwa, tubuhmu terlihat pucat tanpa warna melingkari rongga pendirianmu, aku malu memelukmu erat, sebab badanmu tertutup bayang dari nirwana maha terang. Kenapa aku terjerat dalam kegelapan nama, sedang kau berjalan bertabur mawar. Aku mendekat untuk mencium wangi sukma berduri, kau menjauh menghilang sementara.

Suara jiwa suara rasa
Rintihan hati teriakan rindu
Ketukan cinta retakan puisi
Syair nestapa sajak dilana

Cukup...!
Aku sang pencari yang memberontak.
Ombak-ombak tersesat dibibir pantai yang resah.
Sudah...?
Kau mengabdi sendiri di lembah-lembah?
Linangan rasa air mata di bukit-bukit menunggumu turun.

Orang bilang aku lelaki yang gila.
Sebab aku hanya menatap gambar alam tiada warna.
Perempuan bernyanyi bernada kasihan.
Karena aku menantimu dengan menunggu diujung rindu.

Aku pun bernyanyi memanggil namamu luka.
Hanya gema fajar memantul sengsara.
Kau masih aku simpan di dalam prahara kasih.



apen MAKESE
PagiSiangTerangCahaya
02 September 2009.

SEBENTAR LAGI BERLALU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dosa Dalam Doa

malam ini mungkin akan gelap sebab rindang gersang enggan melepaskan senyap gelap ini mungkin kan berahir kelam sebab alfa doa-doa t...