Aku adalah Hijaiyah, aku adalah dasar bagi makhluk untuk mengetahui bilangan namaNya, walaupun aku sering diingkari dan dikhianati. tapi tak apa, yang terpenting bagiku adalah pengabdian. Aku datang menuruni langit suci untuk membahasakan bahasa Tuhanku agar terpahami olehmu. Bukan! bukan aku yang ingin menjadi Kata atau bahasa dalam dialek dan huruf tertentu, jika pun kau pertanyakan itu dalam bisumu. Maka aku akan menjawab dengan lantang tanyamu yang menusuk kalbuku yang ruku setiap waktu tanpa mengeluh. Karena nafsumu yang enggan memaknai hasratku untuk membawa pesan Tuhanku. Maka aku akan menjawab dengan lantang, bahwa Inilah pengabdianku yang tak terukur oleh nalar duniamu di sisi Tuhanku.
"Alif...!
Aku adalah Allah yang memaknai segala hamba-hambaKu yang hidup dan yang mati, itu adalah kebaikanNya. Ia menatap semesta dengan penjagaan yang tak kuasa kau lawan meski kau tersembunyi di balik bangunan penuh pengawal yang dipersenjatai dengan segala yang ada. Ia jauh tak terjangkau, Ia pun dekat, bahkan sangat dekat dari apa pun yang kau punya, tapi dekatNya Ia tak kan mampu kau jamah seperti benda. Hanya mata batin yang dapat menjamah ilhamNya. Entah melalui Tanda atau Tanya. Jika kau ingin mengejarNya. Kejarlah! dengan memapah irama jejakmu, dengan pelan kau berjalan membawa jarimu, dengan cepat kau berlari menyentak bumi dan dengan apa pun yang kau miliki sebagai alat, niscaya Ia akan bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya yang tak pernah bisa kau bayangkan. Sebab Ia yang menciptakan Segala dan Segalanya ada dalam genggamanNya, tak terkecuali. Semua tertunduk, kecuali kau memaksaNya menurunkan Tanda-Tanda yang memaksa kau percaya.
"Ba...!"
Barat adalah permulaan kau menemukanNya. Bangunlah di kala fajar yang hendak tenggelam, di sana kau akan melihat CahayaNya memecah ke seluruh semesta yang menghamba. Semua tertuju pada satu KeagunganNya. Pujilah Ia sesuai kemampuan yang kau punya, maka Ia akan memeliharamu dengan PenjagaanNya. Penjagaan yang Ia sesuaikan dengan kemampuanmu.
"Ta...!"
Tak perlu kau tanyakan di mana Ia. Sebab Ia telah mengirimkan segala yang ada untuk kau berdayakan. Tak perlu kau ragukan keagunganNya. Karena tubuhmu membutuhkan wahyuNya agar kau bisa kembali memeluk kehidupan yang kau rayu dengan segala kelemahanmu.
"Tsa...!
Tsamud telah memelas-memohon pertolonganNya kala mereka di ujung siksa karena memaksa dan menghina pembawa pesan yang tak kurang suatu apapun mengabdi padaNya. Sementara kaum Ad tertenggelamkan oleh gelombang badai tak berair oleh sebab mereka membunuh penuntun yang mereka tuntut kehadirannya di bukit-bukit kering-keronta, hingga Ia murka. Kau Ad tak kuasa menahan, meski mereka memahat kata sesal yang sangat.
"Ja...!"
Jangan kira Ia tak tau apa yang kau ingin, meski kau sembunyikan ia di balik hatimu. Tapi bersyukur lah sebab Ia tak suka membuka segala kesalahanmu, agar kau dapat membuka kehidupan yang baru hingga kau menemuiNya di padang panas.
"Ha...!"
Hanya pabila kau benar-benar mencariNya, maka kau akan disambutNya dalam alter suci kediamanNya secara halus-lembut tanpa tanya. Hanya kasih yang ada, hingga kau tak merasakan nyawamu melepaskan diri dari ragamu yang takut melepaskan pandang pada cahaya WajahNya.
"Kha...!"
Khandak adalah bukti Ia melindungi siapa saja yang berdiri menegakkan kalimatNya yang terukir dalam kalbumu yang ragu, hingga ilhamNya menuruni jiwa Salman Al Farisi yang berbisik pada Ahmad untuk membuat perangkap bagi sekawanan penjahat zaman jahiliyah.
"Dal...!"
Dan dalil-dalil tentang peringatanNya telah tercatat sejak lama. Hingga kau tak kuasa membaca segalanya, kecuali kesadaran membantumu menemukan seberkas penuntunNya.
"Dzal...!"
Dzalikal Kitab...!. Tiada keraguan yang ada padanya, kecuali kau yang menyembunyikan segala kebenaran tirakatku padaNya.
"Ra...!"
Ratapan SahayaNya membentur hingga ke langit yang ke tujuh. Segala penjaga malam melantunkan Takbir, Tahmid dan Tasbeh memuja kebesaranNya. Segala yang termaktub untuk menuntun mahluk telah membunuh dirinya sendiri dan terkubur dalam tingkah laku sang RasulNya, hingga ia Muhammad melupakan dirinya sendiri demi kau umatnya.
"Zain...!"
Zaman telah mengajarkanmu tentang bagaimana kehidupan lalu, kini dan esok. Tinggal bagaimana kau memasukinya. Masuklah melalui pintu-pintu yang telah disedia bagi wujudmu.
"Sa...!"
Sihir para punggawa Firaun telah terjatuh. Para petapa yang suka menipu telah tertimbun batu-batu. Kemudian SasmitaNya meminta lautan membelah diri bagi Musa dan budak yang percaya. Akankah peristiwa abad lama tak cukup bagimu untuk membangunkanmu di kala kau tertidur lepas menganiya diri?
"Sya...!"
Syair dan sajak Nabi-nabiNya telah membuka ruang bagi semesta beserta isinya, semetara gerbang langit membelah diri menjemput doa dan zikir tirakat suci di waktu subuhnya sang Rasul. Aaah, kau masih saja tak mau membuka diri menghimpun ragamu di depan kiblat dan mimbar bertiangkan Esa. O, Syair nestapa pengabdiNya, jika bukan karena sajak tirakat utusanNya, niscaya Jibril akan menghanguskan segala yang ada tanpa meminta perintah dariNya. Tapi Ia bukan seperti yang kalian kira, walau Ia sesuai dengan apa yang kalian sangkakan tentangNya.
"So...!"
Sorban malam memberikan samudera tubuhnya pada purnama. Purnama berenang di antara bintang gemintang yang bertasbeh dengan cahaya kecil kian kemari. Ketika purnama terbelah di tangan Sang Teladan, langit tertutupi cahaya, semerbak menjamah wajah-wajah hingga ia menenggelamkan diri di ufuk pagi. MukzizatNya berkata, datanglah memandang cahaya yang lebih terang dan luas untuk menjelaskan bias cahaya kecil yang biasa kalian lihat.
"Dho...!"
Dorongan nafsumu kadang menutupi keinginanmu untuk bertemu. Nafsumu lebih besar dari maumu. Maumu lebih besar dari kemampuanmu. Sementara kemampuanmu lebih kecil dari mimpi-mimpimu tentang harapan yang ingin kau kejar.
"Tho...!"
Tolonglah dirimu sebelum kau melongok pada saudaramu. Sebab, siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya. Tak perlu kau belajar sendiri tentang suatu kejahilan, kejahilan telah banyak meminta korban karena memahat kejahatan yang tak mampu mereka pertanggung jawabkan di hadapan pertanyaanNya.
"Dzo...!"
Dzoharul Fasad Fi Bari wal Bahri...!. Bumi-langitNya beserta isinya tak tertata seperti semula karena tangan dan kaki kalian yang tak tertahan oleh rasa ingin memiliki segala yang ada. Padahal batasan telah jelas terikat di kedalaman kesalahan, dosa dan noda yang kalian bawa bersama sejak tercipta.
"Ain...!"
Ainama Kuntum...?. Di mana kalian berada ketika Ayat-ayatNya dibacakan oleh pembawa pesan di halaman kealpaan kalian?. Jangan kalian kira Ia tak bertanya tentang kegilaan tindak laku kalian pada duniaNya yang ramah, dan telah kalian jamah hingga tak berdaya.
"Ghain...!"
ke-Gaib-anNya bukan berarti tanda yang tak tampak di perjalananmu. Justru ke-Gaib-anNya menjadi arah yang jelas sebagai penuntun wujud-wujudmu di satu arah perjalanan panjang menuju kehancuran yang kalian tunggu.
"Fa...!"
Fahsya'i wal Mungkar...!. Telah jelas pilihan bagimu, dan telah jelas pula balasan yang akan kau terima sebagai konsekuensi pada pilihan yang telah kau pilih.
"Qof...!"
Qodho dan QodharNya telah tertanda pada masing-masing hari di mana kau terlahir menjemput dunia yang penuh onak dan duri. Tergantung bagaimana kau mampu merayuNya agar menurunkan segala yang terbaik bagimu.
"Kaf...!"
Kafan yang akan kau bawa hanya penutup malu, yang Ia minta adalah yang ada di balik kain kafan kulitmu yang layu. Melalui mulut dan kalbumu Ia akan meminta kembali pengakuanmu tentang "Alastu Birabbikum" yang terucap ketika kau berada di dalam rahim suci Ibumu. Maka Ia tempatkan satu pintu SurgaNya di bawah kain kaki beludru Ibu-mu.
"Lam...!"
Lambain hidayah-Nya selalu mengarah kepadamu. Tirakatku sebagai Hijaiyah-Nya mengarak segala gerak perwujudan siapa saja yang tercatat di bawah manikam Lauhul Mahfudz-Nya.
"Mim...!"
Mimpimu adalah meminum arak dari telaga keabadianNya, karena keabadian kau tak percaya akan hari-hari ketiadaan segala. Sagala akan hancur, kecuali yang Satu. Minum lah semampumu jika kau kuat. Bukankah telah dipersiapkan segalanya oleh Ia untuk kau manfaatkan, wahai hamba.
"Nun...!"
Nur-Nya telah dipeluk oleh keyakinan Nuh, hingga bahtera membentangkan layar dan terselamatkan. Kecuali anak semata wayang dan mata-mata yang tertutup, sehingga mereka membayangkan bahwa gunung lebih tinggi dari keinginan-Nya.
"Wau...!"
Waktu telah mengingatkan Ashabul Kahfi tentang keagunganNya. Waktu juga telah memelihara Sulaiman dan Idris bagaimana kehendakNya berkata "Kun faya Kun". Wahai wajah-wajah terbaik yang pernah ada, kalian telah termaktub dalam peliharaanNya, Kuntum Khaira Umatin Ukhrijat lin Nas. Maka bersenda gurau lah dalam kerinduanmu pada kehadiranNya.
"Ha...!"
Hanya jika kau menganiya dirimu sendiri, maka kau akan membunuh dirimu sendiri di dalam pemeliharaannNya.
"Alif Hamzah...!"
Aku mengabdi, kau pengabdi. Lalu kenapa kau menghamba pada dirimu sendiri dan pada segala yang tampak imaji. Ia adalah hakiki dan abadi. Berada di dalamNya adalah ke-ber-ada-an yang sangat aman lagi berharga.
"Ya...!"
Yaaa iayu han nas...!. Kembali lah bersamaku kepadaNya hingga kau tak pernah berkurang suatu apa pun untuk kebutuhanmu. Segala perahu inginmu akan diperuntukkan padamu. Segala kapal harapmu akan diadakan bagi maumu. Dan segala pemenuhan hasrat inginmu akan tertunduk di hadapan wahyuNya.
Aku hanya huruf-huruf yang terbangun atas perintahNya.
Huruf-huruf yang mengadu bila kau abaikan di ruang tidurmu.
Bukan aku yang bisu bila kau tertutup cahaya kalbumu.
Tapi kau yang buta memberikan aku nilai dan makna di hari-harimu
Perniagaan denganNya tak akan menjadikanmu terjatuh.
Di punggungku telah tercatat begitu adanya.
apen MAKESE
MalamYangSemakinSunyi
16 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar