Malu! Pada ia…!
Pada diam-diam
Pada aku sebagai pengagum!
Kau….!
Aku tak tau, dengan Ahmad yang mana kau datang menjelma. Kau labuhkan doa terus menerus, sementara kau tak pernah tau bagaimana rupa-wajah-tertawaku sejak dulu. Sudah kau rekam jejak leluhur. Aku berusaha merejam tubuh turun-temurun. Aduhai alangkah, andai kau mampu membungkam deru gelombang laut, aku akan berusaha meredam segala dedaun yang menghambat perkembangan jalur menuju pendakian kagum-cintaku padanya. Tapi, tetap saja kau berharap, agar aku temu-kembalikan senyum yang bisa menemani riak-jinakan cintaku pada dia yang aku kagumi. Aku berucap-sambungkan, amin.
Aku masih tertawa sendiri
Gumam gila, coba merayu
Aku benar-benar terlampau jatuh senandungkan lagu-lagu
Habis gelap, terbitlah terang. Kegilaan macam apa yang bisa aku raba-rasakan dalam rupa terang yang tak sudi melukiskan sketsa wajahnya untukku. Katamu, "kegilaan adalah puncak kearifan". Tidakkah kau selalu berdoa, "semoga aku selalu dalam kegilaan yang meyerupai kesunyian Adam pada Siti Hawa?" Bukankah begitu, agar aku bisa temui-kembali tulang rusukku yang lama menghilang. Tapi aku lebih suka, jika kau tidak sebut-sebarkan kata menghilang. Bagiku, ia hanya tersimpan dalam seraut wajah gelap yang belum terungkap.
Aku hanya tertawa saja
Karena aku sudah tak peduli apakah ia tulang rusuk atau tulang iga
Tanpa tubuh pun, beberapa puisi kan selalu terukir dari dalam tinta
Kau pun menjadi tertawa
Kemudian berfatwa, bahwa mungkin isyarat cinta adalah wahyu yang masih dihamparkan Tuhan pada rona mata dan senyum menawan hati. O, jangankan manusia yang melena pada kerlingan mata, Tuhan pun memuji-sisipkan puji-pujian pada sederetan malaikat muqarobin. Pun seorang sufi berwasiat: jika kau tak pernah mencintai, maka jangan harap kau menemukan pintu cinta dari Sang Maha Cinta.
Aku tertawa, cukup bahagia aku kali ini
Hidup ternyata harus mampu-tumpahkan senang-tawa
Kau tak perlu bilang, bahwa hidup bukan hanya-sekedar senda-gurauan
Jika memang demikian adanya, maka aku sedang-ingin memasuki gerbang cinta untuk mendapatkan cinta-Nya. Apa pun yang nampak-terjawab dibalik pintu adalah sesuatu yang baik untuk diyakini. Jika mungkin manis atau mungkin juga pahit? Itu adalah pertanyaan sebelum aku menetapkan satu jalan. Di dalam sana, semua akan menjadi serba mungkin. Untuk memastikan satu kemungkinan yang mungkin pasti, maka aku harus memasuki gerbangnya, kemudian mencicipi sedikit atau seluruh keberkahan yang ada pada ia, ruang dan meja tamu yang ku temukan.
To Be Continue.....
Apen MAKESE
KalaMalamMasihTerjalinNyata
19 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar